23 March, 2016

JANGAN KALIAN TIRU

Sakwijining dina... Karena ada keperluan di desa tetangga, maka kuputuskan sekalian magriban di sana. Ndilalah, selesai shalat, sandalku tak kujumpai di teras mushala. Tertukar dgn sandal yg sama cuma 'beda usia'.
"yg shalat biasanya orang sekitar sini aja mas, isya nanti paling sandal sampean balik" ujar seorang jemaah yg melihat kebingunganku.
Karena ba'da isya masih lama, aku putuskan pulang dulu.
Menjelang isya aku berangkat ke kampung sebelah.
"emang mushala kita gak muat, kok sampai dibelani shalat di mesjid tetangga?" selidik kawanku.
***
Sengaja aku duduk dulu di beranda masjid. Tak langsung masuk, menebar pandang ke teras. Namun sampai ikamah tak ada tanda sandal menampakkan batang hi..(whatever lah!) walhasil shalat gak kusyuk.
"sabar, paling orangnya telat" kubesarkan hati.
Bubar shalat aku menghambur keluar. Alhamdulillah! Sandalku nampak terparkir manis di sisi 'kembarannya' sambil mengayuh sepeda pulang, aku tersenyum pahit. teringat seloroh kawan tadi; "ingat nang, ngibadah itu niatnya karna Allah Ta'ala, jangan karna inceranmu ada di kampung tetangga" ha..ha..! dalam dunia imaji-ku masalah iman sudah ku sekenario 'niat karna Allah' tanpa iming2 harta, tahta atau wanita (wuik!). Lha kok nyatanya cuma niat karna sandal! Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah. JANGAN KALIAN TIRU

11 March, 2016

MERDEKA SAJA TIDAK CUKUP

Critanya lg jjs ketika diselip pickup bermuatan ayam potong. Entah bagaimana seekor ayam melompat dari boks-nya. Ayam itu kuhampiri. Mungkin karena sock, mungkin jg mabuk darat (ga sempat nanya) dia cuma ndeprok. Kutangkap, rencananya mau kukejar pickup itu, kukembalikan ayamnya. Tapi jangankan aku, rossi pun tak sanggup menyusul itu mobil kalo kita orang cuma naik ontel! walhasil, kubawa serta ayam ini jjs. berharap pickpup itu berhenti disekitar situ, atau berbalik krn ada satu yg ilang dari daftar manifestnya. Untung jalan yg kulewati bukan rute favorit orang jjs. Jadi gak ada orang lihat ada pitik ngontel ngempit pitik. Ayamnya sih adem-ayem aja, lha gua? Yup tepat, persis orang mau brangkat sabung ayam. Genjot punya genjot seperti mustahil buat ketemu lagi sama mobil itu. Nyerah, sudah niat balik kanan, membawa ayam ini pulang. Tapi suatu pikiran(gila) melintas: ayam ini sudah mengambil keputusan hidup atau mati. mungkin dia muak akan masa lalunya yg selalu terkurung, terkekang dan terpenjara..ralat, terkandang. Mungkin dia bosan dgn menu makan yg itu2 saja (konsentrat, percayalah rasanya bikin huek!) atau bisa jadi dia sadar akan perjalanan sore ini, menuju nasibnya esok hari, untuk menjadi kentaki, senasib dgn banyak pendahulunya. Maka melompatlah dia. So..biarlah dia merdeka. Merdeka memilih dimana dia nangkring. merdeka memilih cacing, semut atau apalah, untuk isi temboloknya. Merdeka untuk berbiak (aku masih bingung, ini ayam jantan atau betina)..lagian, ayam potong bisa bertelurkah? Jadi, kulepaslah dia. Sebenarnya, aku ingin membisikan pekik merdeka sambil berkepal tangan. Urung, terlalu gila. Tdak jadi aku pulang, kulanjutkan jjs-ku. Menjelang magrib baru aku putar haluan. Pulang. Kulewati jalan tadi. Dan ini yg kusesali. Di sekitar situ kudapati bulu putih khas ayam potong bertebaran. Tepat ditengah jalan, tubuh ayam tadi gepeng lekat di aspal. Yah, pesan moral: merdeka saja tidaklah cukup kalo kepala cuma dilengkapi 'otak ayam'

MERDEKA

merdeka itu bukan wujud, tapi rasa. banyak yg hidup di sebuah (wujud) negri yg hampir 73 tahun merdeka, tapi tidak merasakan (rasa) kemerdek...