29 October, 2011
15 October, 2011
14 October, 2011
12 October, 2011
10 October, 2011
bukan gaji buta
Aku di
besarkan di lingkungan yang masih begitu menghargai kebudayaan lokal. Maka
jangan heran bila acara-acara keluraga di daerah kami, selalu di meriahkan oleh
wayang atau atraksi kuda lumping.
Akan aku
ajak kalian mengenang kejadian tempo doeleo, kali ini mengenai kuda lumping.
Waktu itu
seperti biasa, paguyuban kuda lumping desa kami selalu rutin berlatih di dekat
rumah, pnabuh gamelan,penari, sampai pawang-nya adalah tetanggaku. Mereka semua
berlatih di satu rumah tak jauh dari rumahku. Walhasil aku sering melihat
mereka berlatih. Begitupun bapak-ku. Walaupun bukan termasuk ‘team’ kuda
lumping, tapi beliau selalu ikut membantu kegiatan paguyuban ini. Beliau membantu
sebisanya.
Dan karena
seringnya melihat latihan mereka, bapak sampe hafal gerakan tari kuda lumping
..(wkekekek). Dan ini adalah inti seritanya.
Suatu ketika,
pas grup kuda lumping di tanggap (sewa) oleh kampung tetangga, pas kebetulan
ada seorang penarinya sakit sehingga tak bias ikut nampil. Sang pawang-pun
nggak kehilangan akal. Dia tunjuk bapak-ku untuk menggantikannya. Alesannya “pak
Muh kan apal tariannya”
Bapak-pun
nggak bias menolak, selain rasa tepo sliro, juga karena dia sudah di beri uang “buat
jajan danang” begitu kata sang pawang.
Langsung aja
ke pementasan..dari awal semua berjalan lancar.
Tapi pas
tiba di bagiasn klimaksnya..di mana semua penari kesurupan.. bapak-ku mulai
bingung. Beliau nggak bias kesurupan..dan nggak pengen kesurupan.
Sementara penari
lain sudah mulai makan beling, ngupas kelapa pake gigi, bapak masih sibuk
mikir, hingga beliau puny ide cemerlang.
“makan kembang!!”
Walau hampir
muntah, beliau paksa juga mengunyah dan menelan melati di baskom yang menjadi
sesaji kuda lumping.
Eee...
nggak taunya si pawang salah tanggap, di kiranya bapak kesurupan beneran (great
acting dad :D), dan tanpa ba-bi-bu, langsung mengayunkan cemeti ke kaki bapakku.
CETARRRR!!!!!!
“WAAADOOOOO
BIYUUUUNGGGG..!!!!”
Bapak-ku
jatuh gelimpungan..
Sang pawang
panik dan tak henti meminta maaf..
“napa
sampean ndak minggir saja kalo ndak nyurupi pak muh??”
“saya ndak
mau makan gaji buta pak” rintih bapak-ku menahan sakit.
naluiri ibu
cerita waktu masih SD
waktu itu aku di daulat sekolah untuk ikutan karnaval 17 Agustus.
bagi teman_teman lain mungkin ini satu kebanggaan, begitu juga dengan aku...sebelum tau aku harus pake kostum apaan :D
yah..aku harus rela di dandani menjadi gareng , salah satu tokoh punakawan dalam cerita pewayangan.
napa bukan aku yang jadi arjuna wkekekekek
rupanya guru aku mengerti apa yang aku rasakan.
"ndak usah malu..orang gak bakalan mengenalimu di balik make-up gareng-mu"
bener juga..
***
alhasil pas hari H nya kami di arak keliling kabupaten
beneran..gak ada yang mengenaliku..
bahkan para tetanggaku waktu rombongan pawai melewati kampung-ku.
betulkah tak seorang-pun mengenali??
ternyata tidak..
naluri seorang Ibu selalu tajam.
"ITU ANAK-KU" teriak Ibu dari tepi jalan.
beliau begitu girang sambil menunjuk ke arah_ku..
sontak mata orang di sekitarnya melihat ke arah-ku.
tak sampai di situ..mereka meneriakan namaku
parahnya lagi..teman2 sepermainan ikut mengiringi pawaiku.
saat itu tentu aku boleh kesal pada Ibuku
karena saat itu aku merasa di permalukan gara-gara beliau..
tapi saat ini, aku hanya bisa takjub
bagaimana naluri ke-Ibuan beliau bisa mengenaliku di balik riasan gareng_ku.
waktu itu aku di daulat sekolah untuk ikutan karnaval 17 Agustus.
bagi teman_teman lain mungkin ini satu kebanggaan, begitu juga dengan aku...sebelum tau aku harus pake kostum apaan :D
yah..aku harus rela di dandani menjadi gareng , salah satu tokoh punakawan dalam cerita pewayangan.
napa bukan aku yang jadi arjuna wkekekekek
rupanya guru aku mengerti apa yang aku rasakan.
"ndak usah malu..orang gak bakalan mengenalimu di balik make-up gareng-mu"
bener juga..
***
alhasil pas hari H nya kami di arak keliling kabupaten
beneran..gak ada yang mengenaliku..
bahkan para tetanggaku waktu rombongan pawai melewati kampung-ku.
betulkah tak seorang-pun mengenali??
ternyata tidak..
naluri seorang Ibu selalu tajam.
"ITU ANAK-KU" teriak Ibu dari tepi jalan.
beliau begitu girang sambil menunjuk ke arah_ku..
sontak mata orang di sekitarnya melihat ke arah-ku.
tak sampai di situ..mereka meneriakan namaku
parahnya lagi..teman2 sepermainan ikut mengiringi pawaiku.
saat itu tentu aku boleh kesal pada Ibuku
karena saat itu aku merasa di permalukan gara-gara beliau..
tapi saat ini, aku hanya bisa takjub
bagaimana naluri ke-Ibuan beliau bisa mengenaliku di balik riasan gareng_ku.
Subscribe to:
Posts (Atom)
MERDEKA
merdeka itu bukan wujud, tapi rasa. banyak yg hidup di sebuah (wujud) negri yg hampir 73 tahun merdeka, tapi tidak merasakan (rasa) kemerdek...
-
mak petungul!! saya persembahkan blogg ini untuk kalian semua. semoga bisa diambil manfaatnya. tapi, siapalah saya ini, dengan segala kerend...
-
Mak petungul!! para super hero pasti jarang (malah hampir ga ada) yang membeberkan jati diri mereka. walaupun saya bukan super hero -karena ...