Aku di
besarkan di lingkungan yang masih begitu menghargai kebudayaan lokal. Maka
jangan heran bila acara-acara keluraga di daerah kami, selalu di meriahkan oleh
wayang atau atraksi kuda lumping.
Akan aku
ajak kalian mengenang kejadian tempo doeleo, kali ini mengenai kuda lumping.
Waktu itu
seperti biasa, paguyuban kuda lumping desa kami selalu rutin berlatih di dekat
rumah, pnabuh gamelan,penari, sampai pawang-nya adalah tetanggaku. Mereka semua
berlatih di satu rumah tak jauh dari rumahku. Walhasil aku sering melihat
mereka berlatih. Begitupun bapak-ku. Walaupun bukan termasuk ‘team’ kuda
lumping, tapi beliau selalu ikut membantu kegiatan paguyuban ini. Beliau membantu
sebisanya.
Dan karena
seringnya melihat latihan mereka, bapak sampe hafal gerakan tari kuda lumping
..(wkekekek). Dan ini adalah inti seritanya.
Suatu ketika,
pas grup kuda lumping di tanggap (sewa) oleh kampung tetangga, pas kebetulan
ada seorang penarinya sakit sehingga tak bias ikut nampil. Sang pawang-pun
nggak kehilangan akal. Dia tunjuk bapak-ku untuk menggantikannya. Alesannya “pak
Muh kan apal tariannya”
Bapak-pun
nggak bias menolak, selain rasa tepo sliro, juga karena dia sudah di beri uang “buat
jajan danang” begitu kata sang pawang.
Langsung aja
ke pementasan..dari awal semua berjalan lancar.
Tapi pas
tiba di bagiasn klimaksnya..di mana semua penari kesurupan.. bapak-ku mulai
bingung. Beliau nggak bias kesurupan..dan nggak pengen kesurupan.
Sementara penari
lain sudah mulai makan beling, ngupas kelapa pake gigi, bapak masih sibuk
mikir, hingga beliau puny ide cemerlang.
“makan kembang!!”
Walau hampir
muntah, beliau paksa juga mengunyah dan menelan melati di baskom yang menjadi
sesaji kuda lumping.
Eee...
nggak taunya si pawang salah tanggap, di kiranya bapak kesurupan beneran (great
acting dad :D), dan tanpa ba-bi-bu, langsung mengayunkan cemeti ke kaki bapakku.
CETARRRR!!!!!!
“WAAADOOOOO
BIYUUUUNGGGG..!!!!”
Bapak-ku
jatuh gelimpungan..
Sang pawang
panik dan tak henti meminta maaf..
“napa
sampean ndak minggir saja kalo ndak nyurupi pak muh??”
“saya ndak
mau makan gaji buta pak” rintih bapak-ku menahan sakit.
No comments:
Post a Comment